Beranda | Artikel
Hadits Keutamaan Mendatangi Majelis Ilmu
Rabu, 20 Januari 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Hadits Keutamaan Mendatangi Majelis Ilmu merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah كتاب صحيح الترغيب والترهيب (kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 6 Jumadil Akhir 1442 H / 20 Januari 2021 M.

Download kajian sebelumnya: Malaikat Meletakkan Sayapnya Untuk Para Penuntut Ilmu

Kajian Hadits Tentang Hadits Keutamaan Mendatangi Majelis Ilmu

Kita masuk hadits yang ke-71. Dari Shafwan bin Assal Al-Muradi Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: “Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sedang berada di masjid dan beliau sedang bertelekan dengan memakai baju yang berwarna merah, lalu aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, aku datang untuk menuntut ilmu. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مرحباً بطالبِ العلمِ، إنَّ طالبَ العلمِ تَحُفُّه الملائكةُ وتظله بأجنحتِها، ثم يركبُ بعضُهم بعضاً حتى يبلغوا السماءَ الدنيا من محبتهم لما يطلُبُ

“Selamat datang penuntut ilmu, sesungguhnya penuntut ilmu itu dikelilingi oleh para malaikat dan dinaungi oleh mereka dengan sayap-sayapnya, dan para malaikat itu berada di atas satu sama lainnya hingga langit pertama karena mereka sangat mencintai apa yang ia cari (yaitu berupa ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala).” (HR. Imam Ahmad dan Ath-Thabrani)

Mendatangi ilmu

Hadits ini menunjukkan bahwa seorang penuntut ilmu hendaknya mendatangi majelis-majelis ilmu. Seorang penuntut ilmu hendaklah ia mendatangi majelis yang diajarkan padanya ilmu-ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena itulah Imam Malik mengatakan:

العلم يُؤْتَى ولا يأتِي

“Ilmu itu hendaknya didatangi, bukan ilmu yang mendatangi kita.”

Hal ini karena yang membutuhkan ilmu itu kita.

Hadits ini juga menunjukkan bahwa hendaknya apabila kita membutuhkan ilmu, maka segera kita cari ahlinya. Ini dia Shafwan bin Assal datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk bertanya tentang ilmu. Maka dari itulah apabila kita hendak bertanya, kita hendak mencari ilmu, cari kepada ahlinya. Tentunya ahlinya adalah mereka yang benar-benar menguasai Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, demikian pula ilmu-ilmu alat yang mendukung padanya.

Baju berwarna merah

Terjadi ikhtilaf tentang hukum memakai baju berwarna merah. Karena ada dua hadits. Hadits yang pertama adanya larangan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk memakai baju merah. Hadits yang kedua adanya hadits-hadits yang menunjukkan bahwa Rasulullah memakai baju merah.

Sehingga ikhtilaf para ulama tentang masalah ini. Sebagian melarang baju merah secara mutlak dengan alasan bahwa hadits-hadits yang melarang lebih didahulukan daripada hadits-hadits yang membolehkan. Sebagaimana dalam kaidah ushul fiqih:

إذا تعارض حاظر ومبيح, قدم الحاظر على المبيح

“Apabila bertabrakan dalil-dalil yang membolehkan dengan dalil-dalil yang melarang, maka yang melarang lebih didahulukan daripada yang membolehkan.”

Sebagian lagi membolehkan secara mutlak dan mengatakan bahwa hadits-hadits melarang itu sudah dihapus.

Sebagian lagi mengumpulkan dan berkata bahwa larangan memakai baju merah itu apabila merahnya adalah merah yang sangat menyala. Adapun kalau merahnya bukan merah yang menyala, maka yang seperti ini diperbolehkan. Ini yang dirajihkan Syaikh Salim bin ‘Ied-Al-Hilali.

Sebagian lagi mengatakan bahwa merah yang dilarang itu kalau merah murni. Adapun kalau merah bercampur dengan warna yang lain, maka itu boleh. Ini yang dirajihkan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ibnul Qayyim Rahimahullah dan beberapa ulama yang lainnya.

Menyambut penuntut ilmu

Hadits ini juga menunjukkan bahwa hendaknya seorang guru menyambut dengan baik orang-orang yang ingin mengambil ilmu darinya. Karena ini merupakan kesempatan bagi seorang guru untuk menyebarkan ilmu dan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menyebarkan ilmu tersebut.

Dengan datangnya penuntut ilmu, berarti ada orang yang mau ditransfer ilmu yang kemudian nanti dia akan sampaikan lagi kepada generasi selanjutnya. Karena memang kita membutuhkan para penuntut ilmu untuk melanjutkan estafet dakwah.

Maka dari itu saudaraku, seorang guru ketika datang penuntut ilmu untuk menuntut ilmu kepadanya, hendaknya seperti yang Rasulullah lakukan dengan mengucapkan مرحباً بطالبِ العلمِ (Selamat datang penuntut ilmu).

Majelis ilmu dinaungi malaikat

Ada malaikat-malaikat yang memang ditugaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mencari majelis ilmu dan malaikat-malaikat yang ditugaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengelilingi para penuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan kemudian menaungi dengan sayap-sayapnya. Ini menunjukkan bahwa para malaikat memiliki sayap, sebagaimana Allah menyebutkan demikian dalam surat Fatir, Allah berfirman:

الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَّثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ…

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menjadikan malaikat-malaikat itu sebagai utusan-utusan yang memiliki sayap dua, tiga dan empat, dan Allah tambahkan lagi kepada siapa yang Allah kehendaki.” (QS. Fatir[35]: 1)

Subhanallah..

Kemudian kata Rasulullah: “Kemudian malaikat itu berada di atas satu sama lainnya sampai ke langit dunia karena mereka mencintai ilmu yang mereka cari.” Yang dimaksud adalah ilmu Allah; ilmu Al-Qur’an, ilmu hadits.

Ini menunjukkan keutamaan besar mendatangi majelis taklim. Keutamaan besar bagi mereka yang semangat untuk menghadiri majelis ilmu. Sungguh tidak ada majelis yang lebih indah di dunia ini dari majelis ilmu. Kata Ibnu Mas’ud, bahwa majelis ilmu itu adalah:

رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ

“Taman-taman surga di dunia ini.”

Jadi kalau kita ingin mencari taman-taman surga di dunia ini, itu adanya di majelis ilmu. Majelis yang dibahas tentang Allah dan sifat-sifatNya, majelis yang dibahas tentang halal dan haram, tentang syariat Allah ‘Azza wa Jalla,  tentang Al-Qur’an, tentang hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Itu adalah merupakan majelis yang dicintai oleh para malaikat. Subhanallah.

Malaikat cinta, suka sekali kepada para penuntut ilmu. Karena mereka suka kepada apa yang mereka cari berupa ilmu syariat Allah Jalla wa ‘Ala.

Hadits 72 – Menuntut ilmu fardhu atas setiap muslim

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

طلب العلمِ فريضةٌ على كل مسلمٍ

“Menuntut ilmu itu fardhu atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Perlu kita ketahui, ilmu kalau disebut dalam Al-Qur’an dan hadits, itu maksudnya ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Para ulama menyebutkan bahwa dari sisi hukumnya, ilmu ada beberapa macam. Yaitu:

Fardhu ‘ain, yaitu setiap ilmu yang tidak mungkin sempurna iman seseorang kecuali dengan menuntut ilmu itu. Seperti ilmu tauhid, ini yang paling wajib. Karena itu adalah kunci surga, bahkan itu pokok keimanan. Demikian pula ilmu yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban iman yang apabila ditinggalkan menyebabkan hilang kesempurnaan iman kita. Belajar shalat 5 waktu, belajar tentang puasa Ramadhan, belajar tentang menutup aurat, belajar tentang apa saja yang Allah haramkan atas kita.

Ini sifatnya fardhu ‘ain, wajib kita pelajari. Maka mulailah menuntut dari yang sifatnya fardhu ‘ain dulu.

Fardhu kifayah, yaitu ilmu yang ditunjukkan sebuah kaidah:

ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب

“Apa-apa yang tidak mungkin sempurna sebuah kewajiban kecuali dengan mempelajari suatu ilmu, maka ilmu tersebut menjadi wajib.”

Contohnya belajar bahasa Arab. Pendapat jumhur ulama mengatakan itu hukumnya fardhu kifayah. Sedangkan Imam Syafi’i -seingat saya- berpendapat bahwa belajar bahasa Arab itu fardhu ‘ain. Maka Anda yang bermazhab Syafi’i wajib belajar bahasa Arab. Kalau tidak belajar, maka berdosa. Tapi jumhur mengatakan bahwa belajar bahasa Arab fardhu kifayah saja.

Maksud dari fardhu kifayah adalah kalau semua kaum muslimin meninggalkannya, maka semua berdosa. Tapi kalau ada sebagian mereka yang melakukannya, maka yang lain gugur dari kewajiban. Berarti di antara kaum muslimin harus ada yang belajar bahasa Arab. Karena itu bahasa Al-Qur’an, itu bahasa hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bahkan kitab-kitab para ulama rata-rata dengan bahasa Arab.

Juga yang termasuk fardhu kifayah adalah mempelajari ilmu-ilmu alat, seperti ilmu ushul fiqih. Karena dengan ilmu ushul fiqih lah ita bisa mengetahui bentuk-bentuk perintah, larangan, bentuk-bentuk dalil dari Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga dari situ kita bisa tahu apakah hukumnya wajib, sunnah, mubah, makruh ataupun haram.

Kita juga bisa memahami mana ijma’, qiyas, bagaimana cara meng-qiyaskan, apa syarat-syarat qiyas, apa saja yang membuat qiyas tertolak. Ini hukumnya fardhu kifayah.

Bagi mereka yang punya kemampuan mempelajari ini, dimana dia diberikan oleh Allah kemampuan, kecerdasan, bisa jadi itu fardhu ‘ain untuk dia.

Juga yang namanya wanita pasti melahirkan. Berarti harus di antara wanita kaum muslimat ada yang belajar tentang masalah persalinan. Jangan sampai laki-laki yang mengurus persalinan wanita. Wajib, fardhu kifayah, harus ada dari kalangan kaum muslimat yang mempelajari tentang persalinan.

Contoh lain adalah mempelajari ilmu kesehatan. Karena kesehatan adalah perkara yang sangat kita butuhkan di dalam ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka mempelajari ilmu kesehatan bisa jadi fardu kifayah, karena itu menyempurnakan kewajiban kita untuk melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mubah, ini adalah ilmu yang kita boleh-boleh saja mempelajarinya. Yaitu ilmu-ilmu dunia; ilmu matematika, fisika, biologi, namun dengan catatan tidak boleh ilmu tersebut bertabrakan dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Seperti kita dapati terkadang ada ilmu-ilmu yang bertabrakan dengan Al-Qur’an dan hadits. Contoh misalnya teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia berasal dari monyet, sementara Al-Qur’an menegaskan bahwa asal muasal manusia itu dari Nabi Adam ‘Alaihish Shalatu was Salam. Al-Qur’an dan hadits menjelaskan begitu, namun aneh ketika banyak kaum muslimin yang merasa intelek, bergelar profesor, mereka percaya dengan teori Darwin dan kurang percaya dengan Al-Qur’an.

Maka kewajiban kita lebih percaya Al-Qur’an daripada apa yang diklaim oleh orang-orang kafirin bahwasanya manusia belajar dari monyet.

Demikian juga orang yang belajar ekonomi barat yang ternyata disitu menghalalkan riba, ini pun juga tidak boleh kita pelajari.

Maka dari itu mempelajari ilmu-ilmu dunia harus dikawal oleh ilmu agama. Anda yang belajar ilmu dunia wajib belajar ilmu agama. Ilmu agama akan meluruskan ilmu yang sedang Anda pelajari. Hal ini supaya Anda tidak menyimpang dari ilmu Allah Jalla wa ‘Ala.

Bagaimana tips agar selalu semangat menuntut ilmu? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Hadits Keutamaan Mendatangi Majelis Ilmu


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49662-hadits-keutamaan-mendatangi-majelis-ilmu/